"Apa itu dewasa? "
Saat membuka facebook, terlihat oleh saya akun pak Mario Teguh *tau kan? Bapak super yang slalu memberi motivasi super*
Iseng-iseng saya kirim pertanyaan yang daritadi terngiang di benak saya itu ke pak mario yang ada di facebook.
Tak terlalu berharap banyak sih, karena memang pak mario pastilah sibuk.
Atau mungkin pengelola akun facebook pak mario bukanlah pak mario sendiri, jadi akan sangat susah mendapat jawaban.
Beberapa menit kemudian *tak ada satu jam rasanya* , tak disangka-sangka ada yang mengomen status saya.
Beliau bilang begini,
“
Dearest Sahabat Rachmasari Wicaya Ningdyah yang super,
Mohon perhatikan nasehat Pak Mario Teguh:
Pak Mario!
Kapan saya dewasanya?
Begini,
Kedewasaan itu bukan masalah usia
atau pengalaman.
Kedewasaan itu masalah pengendalian diri.
Mau bicara yang kasar dan norak; tahan,
pikirkan akibatnya, bayangkan penyesalannya.
Mau marah; tahan dan tunggulah sebentar,
lalu sampaikan harapan Anda dengan sabar.
Selalu, hanya katakan dan lakukan yang baik, ... itu!
(Mario Teguh)
Terima kasih dan salam super
Cut Ria Awwaliah
MTSC Greeter | MTSuperClub | Sahabat Hati | Tangerang
PulStarOne.com | An MTSC Company
Mohon perhatikan nasehat Pak Mario Teguh:
Pak Mario!
Kapan saya dewasanya?
Begini,
Kedewasaan itu bukan masalah usia
atau pengalaman.
Kedewasaan itu masalah pengendalian diri.
Mau bicara yang kasar dan norak; tahan,
pikirkan akibatnya, bayangkan penyesalannya.
Mau marah; tahan dan tunggulah sebentar,
lalu sampaikan harapan Anda dengan sabar.
Selalu, hanya katakan dan lakukan yang baik, ... itu!
(Mario Teguh)
Terima kasih dan salam super
Cut Ria Awwaliah
MTSC Greeter | MTSuperClub | Sahabat Hati | Tangerang
PulStarOne.com | An MTSC Company
”
Setelah membaca ini, bukannya malah merasa pertanyaan awal terjawab, malah timbul pertanyaan baru.
“Mau bicara yang kasar dan norak; tahan,
pikirkan akibatnya, bayangkan penyesalannya.
Mau marah; tahan dan tunggulah sebentar,
lalu sampaikan harapan Anda dengan sabar.”
pikirkan akibatnya, bayangkan penyesalannya.
Mau marah; tahan dan tunggulah sebentar,
lalu sampaikan harapan Anda dengan sabar.”
Disampaikan tahan, tahan, dan tahan.
Jadi, dewasa = pengendalian diri = menahan emosi?
Jujur, saya kurang setuju dengan kata-kata menahan emosi.Sesuatu yang ditahan, pasti lambat laun akan membludak. Seperti halnya balon yang terus-terusan menahan angin yang masuk di dalamnya, pasti ada satu titik puncak dimana sang balon tak dapat lagi menahan udara lagi dan akhirnya meletus.
Jika memang benar dewasa berarti menahan emosi, bisa saya simpulkan bahwa menjadi dewasa tak harus bisa mengendalikan diri. Karena mengendalikan diri tak sama dengan menahan emosi. Yang namanya mengendalikan diri, pasti diikuti dengan adanya pengendalian emosi, bukan menahannya.
Bila kita masih menahan emosi, itu artinya kita belum bisa mengendalikannya. Dan begitu pula sebaliknya, saat kita telah bisa mengendalikan emosi, kita tak perlu menahannya lagi. Mengapa? Karena jika pengelolaan emosi kita telah bagus, kita tahu dimana posisi emosi yang benar dalam hidup kita. Sehingga, kita dapat mengarahkan emosi kita dengan baik.
Jika emosi kita tahan, pasti suatu saat akan meledak, dan output emosi yang dihasilkan pasti lebih besar. Mengapa? Karena memang emosi tidak dapat ditahan. Sama halnya dengan nafsu. Nafsu tidak dapat ditahan, namun harus dikendalikan. Puasa adalah momen untuk berlatih mengendalikan hawa nafsu, bukan menahannya. Salah besar jika kita berjuang menahan nafsu ataupun emosi, karena semakin kita menahannya, semakin besar hasrat kita untuk melakukannya, dan akibatnya akan lebih fatal.
Lalu bagaimana kita bisa mengendalikan emosi ataupun nafsu?
Kembali lagi ke tujuan awal penciptaan manusia. Untuk apa kita diciptakan di dunia ini? Bukankah semuanya hanya untuk Allah semata? Apakah menuruti emosi ataupun nafsu dilakukan karena lillahi ta’ala? Apakah menuruti emosi ataupun hawa nafsu adalah hal yang begitu penting sehingga akan berakibat fatal bagi diri kita jika kita tak melakukannya?
Jika kita senantiasa melihat emosi dan nafsu dari sudut pandang untuk apa manusia diciptakan, malah mungkin kita malah akan menertawakan diri kita sendiri jika sampai emosi kita meluap-luap tak karuan.
Maka dari itu,kita harus bisa membaca, seperti ayat al-Qur’an pertama yang diturunkan kepada nabi Muhammad. “Qul”, atau bacalah. Bacalah keadaan sekitarmu. Bacalah situasi masyarakatmu. Dan bacalah kondisi dirimu. Bacalah semua ilmu yang ada di alam semesta ini. Maka, belenggu emosi dan nafsu pun bisa kita kendalikan. :)
Setelah merenung dan merenung, akhirnya saya menemukan jawaban dari pertanyaan saya.
Jadi, apa itu dewasa?
Dewasa itu bisa “membaca”.
:)
Ada yang punya pendapat lain? ^.^
Ada yang punya pendapat lain? ^.^
11 commentbeats:
Dewasa itu bisa mengungkapkan isi hatinya.
Dewasa itu bisa menuliskan buah pemikirannya.
#loh
hhe
lah, kalau cuma itu sih adikku juga bisa mbak brigitta
hhe
dewasa itu bisa memposisikan dirinya dengan baik, di situasi apapun
haha..
trimakasih atas pendapat anda.
pendapat anda akan dikirim dalam waktu 1x24 jam (nah lho..haha)
dewasa punya banyak sisi, jadi pasti punya banyak pendapat :)
@gita :
sip!
Dewasa itu bisa mengungkapkan isi hatinya.
Dewasa itu bisa menuliskan buah pemikirannya.
jadi, dewasa itu bisa mbuat PKM git..haha
@egy:
salah satunya adalah itu gy
itu sisi terpenting dari seseorang yang bisa disebut dewasa
Dewasa itu biasanya ada tulisan 17+
baguuuzzz. .
ahahaha
itu kesukaanmu dong ka :p
makasiiih megaa :D
Mau marah; tahan dan tunggulah sebentar,
lalu sampaikan harapan Anda dengan sabar.”
Selalu, hanya katakan dan lakukan yang baik, ... itu! (kayaknya ude jelsa banget...dewasa itu apa, gimana mau meluap lah kan ada kata lalu sampaikan narapan anda dengan sabar)
Bukanya Qul = katakanlah
Sedangkan Iqro' = bacalah
Mumet aku mikerke anda..
benar! iqro, bacalah!! Bukan qul!
Selow bos, si mbaknya typo kayaknya.. kan yg penting artinya bacalah..
Ditahan, lalu sampaikan dengan sabar?
Sama, kurang setuju
Kalau sudah lillahi ta'ala tak perlu ada penahanan, semua netral, nothing to lose
Posting Komentar